Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan
kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan
dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan
merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif
dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif,
dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan,dll.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai
cara. Pemahaman utamanya mencakup:
- Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
- Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi. Gambaran kemiskinan jenis ini lebih mudah diatasi daripada dua gambaran yang lainnya.
- Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia. Gambaran tentang ini dapat diatasi dengan mencari objek penghasilan di luar profesi secara halal. Perkecualian apabila institusi tempatnya bekerja melarang.
Bangsa Indonesia perlu mewaspadai kondisi
kemiskinan yang terjadi saat ini. Walaupun secara statistik tahun
2012 terjadi penurunan kemiskinan menjadi 28,59 juta orang atau 11,6 persen,
secara kualitas kemiskinan justru mengalami involusi dan
cenderung semakin kronis.
Hal itu dilontarkan anggota Kaukus Ekonomi Fraksi
PDI Perjuangan, Arif Budimanta, saat menghubungi Kompas, Kamis
(3/1/2013). Menurut Arif, hal itu ditunjukkan oleh semakin meningkatnya indeks
keparahan kemiskinan, terutama di wilayah pedesaan yang meningkat hampir dua
kali lipat selama tahun 2012.
"Badan Pusat Statistik mencatat, indeks keparahan pada Maret 2012
sebesar 0,36. Padahal, pada September 2012 menjadi 0,61. Kenaikan indeks ini
menunjukan dua hal, yaitu semakin melebarnya kesenjangan antarpenduduk miskin
dan, juga, semakin rendahnya daya beli dari masyarakat kelompok miskin karena
ketidakmampuan mereka memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup sampai dengan batas
pengeluaran garis kemiskinan yang hanya sebesar Rp 259.520 per
bulan," paparnya.
Kondisi penduduk miskin di wilayah pedesaan yang
semakin parah ini, tambah Arif, diakibatkan karena tingginya tingkat inflasi
wilayah pedesaan, yakni 5,08 persen, jika dibandingkan dengan inflasi nasional
sebesar 4,3 persen selama tahun 2012.
"Inflasi di pedesaan yang tinggi disumbangkan oleh kenaikan harga-harga
bahan makanan, makanan jadi, perumahan, sandang, dan kesehatan. Sementara, di
sisi lain, kenaikan upah yang diterima buruh tani ataupun buruh hanya antara 1
persen dan 3 persen dalam tahun 2012. Tidak seimbangnya antara kenaikan upah
yang diterima dan kenaikan harga kebutuhan dasar tersebut menjadi salah satu
penyebab keadaan kemiskinan di Indonesia tak berubah banyak dari waktu-ke
waktu," ungkapnya.
Menurut Arif, selama delapan tahun penduduk miskin
hanya berkurang rata-rata 7,51 juta setiap tahun. Dia menyarankan, untuk
mempercepat penurunan kemiskinan, kebijakan penanggulan kemiskinan harus
dirumuskan ulang.
"Pencapaian swasembada pangan yang diprioritaskan untuk wilayah
pedesaan adalah kata kunci yang harus dilakukan segera. Pemerintah harus
memberikan prioritas yang lebih kepada petani, terutama dengan melalui program
intensifikasi yang bersifat menyeluruh dan tak partikulatif. Ini harus dimulai
dari pengembangan riset dan teknologi yang berbasis pertanian pangan,
pengembangan infrastruktur pertanian, insentif kepada petani, sampai dengan
program industrialisasi perdesaan," tuturnya.
Ditambahkan, dengan pencapaian swasembada pangan,
pemerintah dapat lebih mudah menjaga stabilistas harga pangan. "Stabilitas
harga pangan yang terkendali akan mempercepat proses penurunan kemiskinan
karena orang miskin 73,5 persen pengeluarannya dipergunakan untuk membeli bahan
makanan," ucapnya lagi.
Sumber :
http://nasional.kompas.com/read/2013/01/03/16570788/Kemiskinan.Indonesia.Semakin.Kronis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar